Kamis, 04 November 2010

Kisah Nabi Nuh A.S.

Nabi Nuh adalah nabi ke 4, sesudah Nabi Adam. Dia keturunan ke 9 dari Nabi Adam A.S.

Ajakan Nabi Nuh kepada kaumnya
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dalam masa kekosongan antara 2 rosul. Dalam masa kekosongan itu biasanya manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama Allah. Mereka kembali menjadi musyrik, meninggalkan kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan.

Nabi Nuh diutus ke tengah-tengah masyarakat yang sedang menyembah berhala. Berhala itu sebenarnya adalah patung-patung buatan mereka sendiri. Menurut mereka patung itu mempunyai kekuatan gaib di atas manusia. Dan mereka menamakannya sesuai dengan selera mereka sendiri. Kadang-kadang mereka namakan Wadd dan Suwa kadang Yaguts dan kadang Y’uq dan Nasr.

Nabi Nuh adalah orang cerdas dan sabar. Ia mengajak kaumnya untuk berfikir dan melihat alam semesta ciptaan Allah SWT. Langit dengan bulan, bintang dan mataharinya. Bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa hewan, tumbuhan dan air yang mengalir. Pergantian siang dan malam. Semua itu menjadi bukti dan tanda kekuasaan dan Eeaan Allah SWT.

Nabi Nuh juga memberikan kabar akan adanya ganjaran berupa surga dan kenikmatannya bagi mereka yang beramal soleh, dan balasan siksa neraka bagi mereka yang membangkang atas perintah Allah SWT yaitu mereka yang mungkar dan bergelinang dan dosa dan kemaksiatan.

Dakwah Nabi Nuh dilakukan dengan giat siang dan malam. Baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan. Beliau termasuk orang yang cerdas, pasif berbicara, tajam pemikiran, pandai berdiskusi, bersifat sabar dan tenang. Nabi Nuh di angkat menjadi rosul ketika berusia 450 tahun dan wafat pada usia 950 tahun, dengan demikian Nabi Nuh berdakwah kepada umatnya selama 5 abad atau 500 tahun. Meski demikian pengikut Nabi Nuh yang beriman hanya sedikit yaitu kurang dari 100 orang.

Umat Nabi Nuh banyak yang ingkar. Jika Nabi Nuh mengajak beribadah kepada Allah SWT dan menegakkan tauhid umatnya selalu menentang dan selalu mengejeknya. Pada pengikut Nabi Nuh hanya fakir miskin, atau golongan ekonomi lemah. Para bangsawan, orang-orang kaya yang terpandang di masyarakat malah memusuhinya.

Pada suatu ketika orang-orang kafir hendak menipu Nabi Nuh. Mereka mengatakan bersedia mengikuti Nabi Nuh asalkan Nabi Nuh mau mangusir para pengikutnya yang terdiri dari orang-orang miskin. Namun dengan tegas menolak permintaan orang-orang kaya itu.

Kecerdasan dan kefasihan Nabi Nuh mengalahkan segalanya hujad orang-orang kafir. Akhirnya orang-orang kafir itu jengkel dan menantang Nabi Nuh. Mereka berkata: “hai Nuh? Sesungguhnya kau telah membantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang, bantahan terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar”.

Nabi Nuh menjawab: “hanya Allah SWT yang akan mendatangkan adzab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Tidaklah bermanfaat nasihatku kepadamu jika Allah SWT menyesatkanmu. Dia adalah Tuhanmu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan”. Demikianlah keterlaluannya kaum Nabi Nuh itu mengingkari ajaran Tuhan. Mereka bahkan mengejek dan menghina Nabi Nuh sebagai orang yang bodoh dan gila. Namun Nabi Nuh sebagai utusan Allah SWT tetap melaksanakan tugasnya. Dan orang-orang kafir makin keras menentangnya. Mereka bahkan mengancam Nabi Nuh. “Sungguh jika kamu tidak mau berhenti berdakwah”, kata mereka. “maka kami akan merajammu beramai-ramai”.

Nabi Nuh berputus asa dari kaumnya
setelah dakwah yang disampaikan menemui jalan buntu dan pengikutnya tidak bertambah maka Nabi Nuh mengadukan kaumnya itu kepada Tuhan:
Berdoalah Nabi Nuh: “ya Tuhanku janganlah Engkau biarkan seorang pun diantara orang-orang kafir itu tinggal di atas permukaan bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka bahkan tidak melahirkan, selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir”.

Allah SWT mengabulkan doa Nabi Nuh. Allah SWT memberi petunjuk  agar Nabi Nuh membuat kapal yang sangat besar. Dengan perahu itu Nabi Nuh dan kaumnya yang beriman akan selamat. Sedangkan kaumnya yang ingkar akan di tenggelamkan dengan banjir yang sangat besar, sehingga tak seorang pun dari mereka ada yang selamat. Semua akan binasa. Selagi Nabi Nuh dan pengikutnya membuat kapal di atas bukit kaumnya yang ingkar nengolok-olok dan mengejeknya, ”Lihat! Nuh semakin gila saja, masa kemarau panas begini membuat perahu. Di atas bukit lagi. Sungguh dia sudah miring otaknya.”

Diantara mereka bahkan ada yang berani membuang kotoran didalam kapal yang belum selesai dibuat itu. Tentu hal itu mereka lakukan ketika Nabi Nuh dan pengikutnya sedang tidak ada di tempat pembuatan kapal. Namun akibatnya perut mereka yang buang kotoran itu menjadi sakit. Tidak satu orang pun dapat menyembuhkannya. Dengan merengek-rengek mereka minta Nabi Nuh untuk mengobatinya.  Nabi Nuh hanya menyuruh mereka membersihkan kapal yang mereka kotori. Sesudah itu mereka sembuh dari sakit perutnya.

Banjir besar memusnahkan orang-orang kafir. Sesuai dengan wahyu Allah SWT, Nabi Nuh mengajak kaumnya memasuki kapal yang telah selesai dibuat. Nabi Nuh juga membawa berbagai pasang binatang dalam kapalnya itu. Tidak lama kemudian Nabi Nuh dan pengikutnya yang beriman memasuki kapal maka langit yang tadinya cerah berubah menjadi hitam, mendung tampak tebal sekali diiringi angin kencang yang mulai berhembus. Bersama dengan turunnya hujan lebat, air dari dalam bumi memancar pula ke permukaan.

Hujan turun dengan lebatnya. Belum pernah ada hujan turun selebat itu. Bagaikan di curahkan dari atas langit. Rumah-rumah mulai terendam air, angin kencang dan badai menambah kepanikan semua orang. Dari kejauhan Nabi Nuh melihat salah seorang putranya yaitu Kan'an sedang berlari menuju puncak gunung. Nabi Nuh memanggil anaknya itu, "hai anakku, kemarilah, nail ke kapalku maka kau akan selamat!", "anakku!pada hari ini tidak seorangpundapat menyelamatkan diri dari azab Allah SWT!". Tapi Kan'an dengan sombongnya terus berlari. Ia tidak menghiraukan panggilanayahnya, ia mengira banjir itu hanya bencana alam biasa yang segera reda, maka ia terus berlari mendaki puncak gunung. Memang Kan'an tidak mau mengikuti ajaran Nabi Nuh. Ia lebih suka hidup bersama orang-orang kafir, karena itu ia tak mau menumpang kapal Nabi Nuh.!

Nabi Nuh merasa terenyuh, bagaimanapun Kan'an adalah putranya sendiri, maka ia berdoa kepada Allah SWT agar Kan'an di selamatkan. Namuun Allah menolak permintaan Nabi Nuh, sebab Kan'an walaupun putra Nabi Nuhsendiri, ia anak yang durhaka, tidak mau beriman. Berdasarkan suatu riwayat kapal yang membawa Nabi Nuh dan para pengikutnya itu berlayar sampai 40 hari, sesudah itu banjir mereda, Nabi Nuh diperintahkan turun dari kapalnya. Dengan demikianlah binasalah orang-orang kafir yang menentang Nabi Nuh. Hanya para pengikut Nabi Nuh yang hidup dan menempati bumi sebagai penghuninya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar